LAPORAN PRAKTIKUM
HAMA DAN PENYAKIT BENIH
PREFERENSI Sitophilus spp. TERHADAP BENIH
JAGUNG DAN BERAS
Disusun
Oleh :
Kelompok A2-3
M.
Fahrizal Agdeanto J3G112081
Agam
Baihaqi Habib J3G112099
Icha
Viasti M J3G212117
Fahmi
Angga Kusuma J3G212136
Yuli
Dewi Sinambela J3G412135
Dosen :
Dr Ir Rully
Anwar, MSi
Asisten :
Arfiani
PROGRAM
KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2014
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga laporan praktikum mata kuliah Hama Penyakit Benih ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada
tim dosen mata kuliah Hama
Penyakit Benih, yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan
nasehat, selama praktikum sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Serta tidak lupa juga kepada teman-teman TIB angkatan 49 yang telah saling mendukung dan bekerjasama dalam proses pembuatan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam
pembuatan laporan di lain waktu.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
bagi masyarakat pada umumnya.
Bogor, 16 Januari
2014
COVER
KATA
PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
Latar Belakang..................................................................................................... 4
Tujuan................................................................................................................... 5
TINJAUAN
PUSTAKA......................................................................................... 6
BAHAN DAN
METODE....................................................................................... 8
Waktu dan Tempat........................................................................................... 8
Bahan dan Alat................................................................................................. 8
Metode Kerja.................................................................................................... 8
HASIL DAN
PEMBAHASAN............................................................................ 10
Hasil............................................................................................................ 10
Pembahasan................................................................................................. 11
KESIMPULAN..................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 14
Tabel Nilai
Kontribusi Individu............................................................................. 15
LAMPIRAN.......................................................................................................... 16
Hama adalah
hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan dan merusak kualitas
juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan tempat penyerangannya dibagi
menjadi 2 jenis yaitu hama lapang dan hama gudang/hama pasca panen. Hama lapang
adalah hama yang menyerang produk pertanian pada saat masih di lapang. Hama
gudang adalah hama yang merusak produk pertanian saat berada di gudang
atau pada masa penyimpanan. Menurut (Kertasapoetra, 1991), hama pasca
panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan
produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat
diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan.
Dalam tiap fase
produksi pertanian baik praproduksi maupun pasca-produksi, terjadi gangguan
serangga hama yang mengakibatkan penyusutan hasil pertanian. Khusus pada masa
pasca produksi atau pasca panen penyusutan hasil pertanian, berdasarkan hasil
penelitian BULOG, mencapai 15% (Kartasapoerta, 1989).
Sitophilus
oryzae bersifat polifag dapat menyerang berbagai jenis
biji-bijian seperti beras, jagung dan kacang tanah. Selama ini Sitophilus
oryzae secara umum masih dianggap sebagai hama terbatas pada produk
pertanian tertentu(beras). Dengan demikian kehadirannya pada produk lain
terkadang masih diabaikan. Secara pasti preferensi Sitophilus oryzae
pada beberapa jenis biji-bijian belum diketahui.
Sedangkan
Serangan hama, terutama yang tergolong ordo Coleoptera dan Lepidoptera
merupakan salah satu penyebab kerusakan biji-bijian atau bahan pangan yang
disimpan dalam gudang. Sitophilus oryzae merupakan hama pasca panen
utama yang menyerang biji-bijian dalam penyimpanan. Hama ini bersifat
kosmopolit dan mempunyai daerah penyebarab yang luas terutama di daerah tropis
dan subtropis.
Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui preferensi Sitophilus spp. pada benih jagung dan beras.
Di
daerah tropis Sitophilus sp. merupakan hama gudang utama pada komoditi
serealia dan sering dijumpai baik sewaktu tanaman masih di lapangan maupun
setelah di gudang (Porntip dan Sukpraharn, 1974; Teetes et al., 1983).
Hasil survey di Honduras Sitophilus sp. hampir selalu ditemukan di
gudang penyimpanan serealia (Hoppe, 1986). Selain Sitophilus sp. hama
lain yang umum ditemui adalah Rhyzoperta dominica, Sitotroga serealella dan
Ephis cautella.. Diantara hama
gudang yang diketahui, S. zeamais merupakan hama utama pada komoditas
serealia dalam masa penyimpanan bahan. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan dapat
mencapai di atas 30%. Faktor-faktor yang mempercepat laju kumbang bubuk
tersebut adalah tingginya kadar air awal penyimpanan, suhu, kelembaban udara
dan rendahnya mutu biji di tempat penyimpanan (Bejo, 1992). Akibat serangan S.
zeamais dapat menurunkan berat biji yang sangat drastis, sedang pada beras
serangan cukup ringan (Morallo dan Javier, 1980). Kerusakan yang diakibatkan
oleh hama gudang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas biji. Penurunan
kualitas akibat hama gudang berdampak negative.
Beberapa
Inang dari serangga Sitophilus spp adalah beras, jagung, gandum,
gaplek, Vermicelli dan macaroni. kerusakan yang timbul akibat serangan Sitophilus
spp pada komoditas yang diserang adalah terjadi lubang dan bertepung
(opete.info).
Kumbang Sitophilus
oryzae merupakan anggota dari klas insecta. Famili Curculionidae
mudah dikenal dengan adanya moncong atau rostum pada bagian mulut. Pada Sitophilus
oryzae betina disamping untuk menggerek biji pada waktu makan, rostum uga
berfungsi untuk membuat lubang tempat meletakkan telur (Imms, 1960). Seperti
halnya anggota Curculionidae lainnya, Sitophilus
oryzae mempunyai lapisan kitin yang cukup keras. Sifat khas pada Sitophilus
oryzae yaitu bila mendapat gangguan, kumbang ini akan pura-pura mati dengan
melipatkan atau menarik tungkainya dan tidak bergerak (Kalshoven, 1981). Daerah
penyebaran Sitophilus oryzae meliputi hampit di berbagai daerah. Variasi
yang ada dari famili Curculionidae terlihar
pada ukuran tubuh, bentuk serta ukuran rostum. Anggota sub. Famili Rhyncoporinae
merupakan kelompok kumbang moncong yang menyerang butian, atau
dikenal dengan istilah “Billbug”. Sitophilus oryzae sebagai salah satu
anggota kumbang ini merupakan hama potensial pada produk pertanian (Borror,
1992).
Sitophilus
oryzae sewaktu masih muda berwarna merah kecoklatan,
sedangkan pada umur yang paling tua berwarna coklat hitam. Pada bagian elitra
terdapat empat bintik hitam. Ukuran tubuh ± 2-3,5 mm (Mangudiharjoo, 1978 dan
Kalshoven 1981). Bagian mulut yang memanjang atau rostrum digunakan untuk
merusak biji-bijian yang mempunyai kulit cukup keras (Rismunandar, 1985).
Antena atau sungut berbentuk menyiku dan terdiri dari delapan ruas (Bejo,
1992).
Stadium larva.
Larva tidak berkaki (apodus) berwarna putih kekuningan, bentuk bulay serta
aktif bergerak. Stadium larva berlangsung 18 hari dan mengalami tiga kali
instar. Tiap instar diikuti dengan eksdisis (Mangudiharjo, 1978).
Stadium pupa.
Larva yang akan berubah menjadi pupa membuat rongga dalam biji. Pupa berwarna
kecoklatan, bentuk seperti keadaan dewasa yang tidak aktif. Bagian kaki dan
moncong masih menyatu. Stadium ini berlangsung 5-7 hari (Mangudiharjo, 1978 dan
Bejo, 1962). Stadium pupa merupakan stadium yang tidak aktif menggerek biji.
Imago.
Perkembangan pupa berlanjut menjadi kumbang dewasa atau imago. Imago yang baru
terbentuk akan tetap berada didalam biji untuk beberapa waktu. Menurut Sutyoso 1964,
Kartasapoerta, 1967) imago yang baru akan berada dalam biji kira-kira lima
hari. Masa imago keluar sampai bertelur disebut masa pre-oviposisi. Pada masa
ini imago mengalami pemantangan seksual dan melakukan perkawinan. Masa
pre-oviposisi ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan media (Kartasapoerta,
1967).
Kegiatan praktikum Hama dan Penyakit Benih ini
dilaksanakan di Laboratorium
CA BIO kampus
Diploma IPB, pada tanggal
30 November 2014, pukul 11.20 sampai selesai.
Bahan yanng digunakan dalam
praktikum ini adalah benih jagung
(20 gr), beras (20 gr), dan serangga Sitophilus
spp.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah nampan, aspirator, timbangan digital, gunting, cup plastic kecil, tutup, selotip, jarum, dan label.
1.
Alat dan bahan disiapkan
2.
Masing-masing benih jagung dan
beras ditimbang 20 gram dan dimasukkan kedalam wadah cup plastic kecil
3.
Serangga Sitophilus spp yang berada didalam wadah, diambil dengan
menggunakan aspirator
4.
Serangga Sitophilus spp dimasukkan kedalam cup
plastic berisi benih jagung dan beras masing-masing sebanyak 10 Sitophilus spp ( @ terdiri dari 5 pasang)
5.
Masing-masing wadah cup ditutup
6.
Untuk menjaga supaya serangga
tidak hilang/kabur, pada bagian tutup direkatkan menggunakan selotip
7.
Pada bagian tutup dilubangi
menggunakan jarum untuk sirkulasi serangga Sitophilus spp
8.
Pemasangan label ( Kelompok ke-
dan tanggal pengujian)
9.
Benih di inkubasikan pada suhu
ruang selama 4 minggu
10. Pengamatan dilakukan pada minggu ke-4
11. Parameter yang diamati meliputi
-
Æ© Telur
-
Æ© Larva
-
Æ© Pupa
-
Æ© Imago
-
Æ© Total serangga
Tabel. Preferensi Sitophilus spp terhadap Benih Jagung
dan Beras
Serangga
|
Komoditas
|
Kelompok
|
Jumlah
|
Æ© Total
|
Telur
|
Larva
|
Pupa
|
Imago
|
S
i
t
o
p
h
i
l
u
s
spp
|
Jagung
|
1
|
0
|
0
|
0
|
20
|
20
|
|
2
|
0
|
0
|
0
|
40
|
40
|
|
3
|
11
|
0
|
0
|
14
|
25
|
|
4
|
0
|
0
|
0
|
33
|
33
|
|
5
|
0
|
5
|
1
|
32
|
38
|
|
6
|
0
|
0
|
0
|
23
|
23
|
|
|
1.83
|
0.83
|
0.16
|
27
|
29.83
|
Beras
|
1
|
0
|
0
|
0
|
11
|
11
|
|
2
|
0
|
0
|
0
|
24
|
24
|
|
3
|
0
|
0
|
0
|
10
|
10
|
|
4
|
0
|
0
|
0
|
10
|
10
|
|
5
|
0
|
0
|
0
|
10
|
10
|
|
6
|
15
|
9
|
3
|
26
|
53
|
|
|
2.5
|
1.5
|
0.5
|
15.16
|
19.66
|
Berdasarkan
data kelas diatas, dapat dibahas bahwa pada benih jagung memiliki rata-rata
jumlah telur 1.83 butir, rata-rata jumlah larva 0.83 ekor, rata-rata jumlah
pupa 0.16, dan rata-rata jumlah imago 27 ekor. Sedangkan pada beras, rata-rata
jumlah telur yaitu 2.5 butir, rata-rata jumlah larva 1.5 ekor, rata-rata jumlah
pupa 0.5, dan rata-rata jumlah imago 15.16 ekor. Sehingga dapat diketahui bahwa
inang yang paling banyak dinfestasi oleh Sitophilus
spp secara keseluruhan yaitu pada inang benih jagung. Hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa kemungkinan, kemungkinan yang pertama yaitu serangga sitophilus
spp yang diuji merupakan serangga sitophilus
Zea mays bukan serangga sitophilus
oryzae, karena menurut literatur Sitophillus oryzae akan menyukai
jenis beras yang memiliki kualitas beras yang baik (Kartasapoetra, 1991).
Menurut Suyono dan Sukarno (1985), Kualitas dan kuantitas makanan berpengaruh
terhadap preferensi serangga. Agar makanan tersebut memberi pengaruh baik, maka
harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan kandungan nutrisinya sesuai dengan
yang dibutuhkan. Keadaan biji seperti bentuk biji, kekerasan kulit, warna dan
adanya kandungan zat kimia tertentu berpengaruh pula pada preferensi serangga.
Kemungkinan yang kedua yaitu Serangga Sitophilus
spp biasa hidup di Zea mays. Dengan kata lain habitat asli dari
serangga Sitophilus spp yang diuji
yaitu jagung.
Sedangkan
berdasarkan data kelompok kami yaitu kelompok A2-3 didapatkan hasil bahwa pada
benih jagung memiliki rata-rata jumlah telur 11 butir, rata-rata jumlah larva 0
ekor, rata-rata jumlah pupa 0, dan rata-rata jumlah imago 14 ekor. Sedangkan
pada beras, rata-rata jumlah telur yaitu 0 butir, rata-rata jumlah larva 0
ekor, rata-rata jumlah pupa 0, dan rata-rata jumlah imago 10 ekor. Sehingga
dapat diketahui bahwa inang yang paling banyak dinfestasi oleh Sitophilus spp secara keseluruhan yaitu
pada inang benih jagung. Sama seperti pembahasan sebelumnya bahwa serangga Sitophilus spp yang diuji merupakan
sitophilus Zea mays dan inang asalnya berasal dari inang Zea
mays.
Pengujian
preferensi Sitophilus spp terhadap benih jagung dan beras tersebut seharusnya akan
berdampak pada bertambahnya jumlah koloni Sitophillus spp, akan tetapi selama
pengamatan ± 4 minggu tidak terjadi penambahan jumlah koloni Sitophillus spp. Hal ini dikarenakan masa hidup Sitophilus
spp relatif cukup
lama. Pada kumbang betina mampu bertahan selama ± 36 hari tanpa makanan,
sedangkan bila makanan terpenuhi mencapai tiga atau lima bulan (Kalshoven,
1981). Menurut Suyono dan Sukarno (1985), indikator terhadap preferensi
serangga pada biji-bijian ditentukan oleh jumlah telur yang diletakkan oleh
induk betina, jumlah telur yang menetas menjadi imago, dan lama daur hidup.
Makin besar jumlah telur yang diletakkan dan makin banyak imago yang terbentuk
serta semakin pendek daur hidupnya menunjukkan preferensi serangga pada biji
makin besar.
Indikator lain
yang mempengaruhi sitophilus spp
lebih menyukai inang jagung yaitu, kenaikan suhu lingkungan yang mampu meningkatkan
aktivitas makan. Fluktuasi suhu harian juga berpengaruh. Serangga yang hidup
pada suhu konstan tinggi masa perkembangannya lebih singkat daripada
suhu fluktuatif (walaupun dengan rata-rata suhu yang sama tinggi). Sementara
itu pada suhu konstan rendah, masa perkembangannya lebih lama dibandingkan suhu
fuktuatif dengan rata-rata sama rendah.
Kadar air bahan
simpan/kelembaban udara mempengaruhi lama stadium larva. Kadar air bahan simpan
yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak terpengaruh
sehingga hal ini mengubah keseimbangan struktur umur dalam populasi yang sudah
stabil. Suhu lingkungan dan kelembaban di penyimpanan bisa saja sebagai sebab
atau akibat dari keberadaan hama. Serangga membutuhkan kisaran suhu dan
kelembaban optimum untuk perkembangannya. Sementara itu metabolisme serangga
juga menghasilkan kalor dan uap air ke lingkungannya. Terakhir, misalnya pada Sitophilus
terdapat variasi masa perkembangan antarindividu yang cukup besar.
Keragaman intrinsik seperti ini biasanya menguntungkan secara ekologis.
Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum. Sedikit saja di luar kisaran
suhu tersebut, suhu optimum pertumbuhan adalah 25-37.5˚C. Ketahanan hidup akan
turun drastis di luar kisaran tersebut. (Kartasapoetra, 1991)
Berdasarkan pembahasan dari data
kelas dan data kelompok pada pengujian preferensi Sitophilus spp pada jagung dan beras, dapat disimpulkan bahwa
preferensi Sitophilus pada jagung lebih besar daripada preferensi Sitophilus
pada beras. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat kerusakan atau
preferensi serangga adalah mutu dari benihj itu sendiri.
Bedjo, 1992. Pengaruh kadar air
awal biji Jagung terhadap laju infeksi kumbang bubuk dalam Astanto et.al(ed).
Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang Tahun 1991. Balai penelitian
Tanaman Pangan Malang p. 294-298
Hoppe, T. 1986. Storage insects of basic
food grain in Honduras. Tropical Science.26:25-28.
Kartasapoetra. 1991. Hama Hasil
Tanaman Dalam Gudang. Jakarta: PT RINKA CIPTA.
Morallo Rejesus,B.Javier,P.A.1980.
Laboratory assessment of damage caused by Sitophilus spp and Rhizopertha
dominica in stored grain, in sorghum and unillets abstract, CA.B April
1982. Vol.7 No 1. Abstract 1-120
Porntip, V. and C. Sukpraharn.
1974. Current problems of pest of stored products in Thailand. In pest of
stored products. Biotrop Special Pub. No.33. hal.45-53
Rismunandar, 1986. Hama Hasil Tanaman
Pangan dan Pembasminya. Penerbit Sinar Baru, Jakarta.
Suyono dan Sukarno, 1985. Preferensi
Kumbang C. analis F. Pada Beberapa Jenis Kacang-Kacangan. Balai Penelitian
Tanaman Pangan. Bogor.
Syarif, R.,dan Halid, H., 1992. Teknologi
Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.
Suyono dan Sukarno, 1985. Preferensi
Kumbang C. analis F. Pada Beberapa Jenis Kacang-Kacangan. Balai Penelitian
Tanaman Pangan. Bogor.
Teetes, G.L., K.V.S. Reddy, K.
Leuschener and L.R. House. 1983. Sorghum Insect Identification Hand Book.
International Crops Research Institute for the Semi Arid Tropics.Information Bulletin
no.12.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp10232.pdf
diakses pada tanggal 31 Mei 2012. [diunduh pada
25 Desember 2013]
balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images.[diunduh pada 17
januari 2014]
http://blog.ub.ac.id/dodikkurniawan/2013/02/18/preferensi-sitophilus-oryzae-terhadap-beberapa-jenis-beras-serta-evaluasi-kesehatan-benih-jagung-dan-kedelai-terhadap-patogen-benih/ [diunduh pada
17 januari 2014]
http://infonesiia.wordpress.com/2012/04/06/sitophilus-oryzae/[diunduh pada 17
januari 2014
Kelompok:
A2-3